Jumat, 12 Februari 2010

Obama Kunjungi Candi Borobudur



Yogyakarta - Saat berkunjung ke Indonesia Maret 2010 nanti, Presiden AS Barack Obama juga akan menyempatkan berkunjung ke Yogyakarta dan Magelang. Obama akan mengunjungi Borobudur dan kawasan kampus UGM.

Sebagai langkah persiapan, Jumat (5/2/2010), tim pengamanan dan protokoler Gedung Putih meninjau kesiapan dan survei kelayakan di wilayah Yogyakarta dan Magelang. Rencananya Obama beserta keluarganya akan mengunjungi Yogyakarta setelah mengunjungi Jakarta pada bulan Maret 2010. Kota Yogyakarta terutama di kawasan kompleks perumahan dosen UGM merupakan tempat yang tidak asing bagi Obama semasa kecil, selain di SDN Menteng 01 Jakarta Pusat.

Rombongan protokoler dan pengamanan Gedung Putih, serta staf Kedubes AS tiba di Base Ops Lanud Adisutjipto Yogyakarta sekitar pukul 11.30 menggunakan pesawat Boeing 737-400. Tim pre advance melakukan survei kelayakan termasuk kesiapan mengenai pelayanan kesehatan di sekitar lokasi selama lebih kurang 15 menit.

Dari Adisutjipto rombongan dikawal oleh aparat kepolisian menuju Candi Borobudur, di Magelang. Rombongan dari AS menggunakan satu buah bus dan 8 buah mobil. Dari Borobudur, rombongan kemudian mengunjungi kampus UGM di Bulaksumur.

Di UGM, rombongan juga meninjau mengenai kelayakan semua tempat yang bakal dikunjungi Obama. Rombongan melakukan kunjungan terakhir di Balai Yasa milik PT Kereta Api di Pengok, Gondokusuman, Yogyakarta. Di tempat itu Obama akan meninjau fasilitas perbengkelan dan perawatan kereta api. Sebab PT KA Indonesia akan mendatangan sekitar 160 lokomotif dari General Electric (GE) dan General Motor (GM) Amerika Serikat.

Jumat, 05 Februari 2010

kehidupan masyarakat minang

1. Norma Kehidupan


Apa yang bakal terjadi bila manusia hidup atas dasar hukum rimba?. Yang kuat akan memakan yang lemah. Yang besar akan menindas yang kecil. Yang pintar akan menipu yang bodoh. Kehidupan akan segera menjadi neraka. Manusia mungkin akan segera musnah.

Nenek moyang orang Minang, nampaknya sejak beribu


tahun yang lalu telah memahami bahaya ini bagi hidup dan kehidupannya, apalagi bagi kelangsungan anak dan cucunya. Karena itu mereka telah menciptakan norma-norma kehidupan yang akan menjamin ketertiban-kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi mereka sendiri dan anak cucunya sepanjang zaman.

Norma-norma itu antara lain berupa aturan-aturan yang sangat esensial bagi kehidupan yang tertib aman dan damai. Aturan-aturan itu antara lain mengatur hubungan antara wanita dan pria, aturan mengenai harta kekayaan, yang menjadi tumpuan kehidupan manusia, norma-norma tentang tata krama pergaulan dan sistim kekerabatan. Kalau dipelajari dengan seksama, ketentuan adat Minang mengenai hal-hal diatas, agaknya tidak ada seorangpun diantara kita yang tidak kagum dan bangga dengan aturan itu. Kalau kita tahu manfaat dari aturan-aturan itu, agaknya tidak seorangpun diantara kita yang mengingini lenyapnya aturan itu. Namun sayangnya banyak juga diantara kita yang kurang memahami aturan-aturan adat itu sehingga kurang mencintainya. Tak tahu maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Kebanyakan kita dewasa ini memang sudah banyak yang melupakan norma-norma kehidupan yang terkandung dalam ajaran adat Minang.

(Sumber : Adat Minangkabau, Pola & Tujuan Hidup Orang Minang)

2. Sistem Matrilinial


Menurut para ahli antropologi tua pada abad 19 seperti J. Lublock, G.a. Wilken dan sebagainya, manusia pada mulanya hidup berkelompok, kumpul kebo dan melahirkan keturunan tanpa ikatan.

Kelompok keluarga batih (Nuclear Family) yang terdiri dari ayah-ibu dan anak-anak seperti sekarang belum ada.

Lambat laun manusia sadar akan hubungan antara "ibu dan anak-anaknya" sebagai satu kelompok keluarga karena anak-anak hanya mengenal ibunya dan tidak tahu siapa dan dimana ayahnya. Dalam kelompok keluarga batih "ibu dan anak-anaknya" ini, si Ibulah yang menjadi Kepala Keluarga.

Dalam kelompok ini mulai berlaku aturan bahwa persenggamaan (persetubuhan) antara ibu dan anak lelakinya dihindari dan dipantangkan (tabu). Inilah asal mula perkawinan diluar batas kelompok sendiri yang sekarang disebut dengan "adat eksogami". Artinya perkawinan hanya boleh dilakukan dengan pihak luar, dan sebaliknya perkawinan dalam kelompok serumpun tidak diperkenankan sepanjang adat.

Kelompok keluarga itu tadi makin lama makin bertambah banyak anggotanya. Karena "garis keturunan" selalu diperhitungkan menurut "Garis Ibu", dengan demikian terbentuk suatu masyarakat yang oleh para sarjana seperti Wilken disebut masyarakat "matriarchat".

Istilah "matriarchat" yang berarti "ibu yang berkuasa" sudah ditinggalkan. Para ahli sudah tahu bahwa sistem "ibu yang berkuasa" itu tidak ada. Yang ada ialah kelompok keluarga yang menganut prinsip silsilah keturunan yang diperhitungkan melalui garis ibu atau dalam bahasa asing disebut garis "matrilinial".

Jadi dalam sistem kekerabatan "matrilinial" terdapat 3 unsur yang paling dominan :

* Garis keturunan "menurut garis ibu".
* Perkawinan harus dengan kelompok lain diluar kelompok sendiri yang sekarang dikenal dengan istilah Eksogami matrilinial.
* Ibu memegang peranan yang sentral dalam pendidikan, pengamanan kekayaan dan kesejahteraan keluarga

(Sumber : Adat Minangkabau, Pola & Tujuan Hidup Orang Minang)

3. Hubungan Individu dan Kelompok


Manusia secara alami tidak mungkin hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk bisa hidup. Sudah menjadi hukum alam dan merupakan takdir Tuhan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Manusia membutuhkan manusia lain untuk hidup bersama dan bekerjasama. Ia telah ditentukan harus hidup berkelompok dan hidup bermasyarakat.

Kelompok kecil dalam masyarakat Minang adalah suku, sedangkan kelompok terbesar, terlihat dari kacamata adat Minang adalah nagari. Suku sebagai kelompok terkecil, seyogianya harus dipahami dan dihayati betul oleh orang-orang Minang. Kalau tidak akan mudah sekali tergelincir pada pengertian bahwa keluarga terkecil adalah keluarga batih yang terdiri dari ayah-ibu dan anak-anak. Pengertian yang keliru inilah yang sering membawa pecahnya kekeluargaan Minang, karena mamak rumah, dunsanak ibu, bahkan Penghulu suku tidak lagi dianggap keluarga.

Selain itu sifat dasar masyarakat Minang adalah "kepemilikan bersama". Tiap individu menjadi milik bersama dari kelompoknya. Sebaliknya tiap kelompok itu menjadi milik dari semua individu yang menjadi anggota kelompok itu. Rasa saling memiliki ini menjadi sumber dari timbulnya rasa setia kawan (solidaritas) yang tinggi, rasa kebersamaan, rasa tolong menolong. Tiap individu akan mencintai kelompok sukunya dan setiap anggota dari satu suku akan selalu mengayomi atau melindungi setiap individu.

Kehidupan individu terhadap kelompok sukunya bagaikan kehidupan ikan dengan air. Ikan adalah individu sedangkan air adalah suku tempat hidup. Bila si ikan dikeluarkan dari air, maka ia akan segera mati. Dari sini lahirlah pepatah yang berbunyi :

Suku yang tidak bisa dianjak Malu yang tidak bisa dibagi.

Dengan melihat hubungan individu dengan kelompoknya seperti digambarkan diatas, maka jelas antara individu dan kelompoknya akan saling mempengaruhi. Individu yang berwatak baik, akan membentuk masyarakat yang rukun dan damai. Sebaliknya kelompok yang tertata rapi, akan melahirkan individu-individu yang tertib dan berdisiplin baik.

Dengan demikian nenek moyang orang Minang, telah memberikan kriteria tertentu yang dianggap ideal untuk menjadi sifat-sifat orang-orang Minang.

Ekonomi Minang setelah gempa 30 September 2009




Duka bumi Ranah Minang (Sumatra Barat, red) karena guncangan gempa 7,9 Skala Richter diikuti tanah longsor, Rabu (30/9) tidak saja menyentuh hati masyarakat, pemerintah dan pihak lain di Indonesia tetapi juga memunculkan solidaritas internasional membantu meringankan derita para korban.

Tangis, jeritan, darah, derita dan nyawa warga Ranah Minang terdengar jauh menembus wilayah nasional hingga ke dunia internasional.

Bantuan dari masyarakat dan daerah di Indonesia serta dunia internasional datang susul menyusul untuk membantu warga Sumbar dan pemerintah daerah ini dalam masa tanggap darurat.

Berita duka Ranah Minang yang tersiar jauh hingga melintas benua-benua di dunia, telah menyentuh lembaga dan pemerintah dari negara lain segera bergegas ke Sumbar untuk memberikan bantuan.

Beberapa hari pasca bencana ini, puluhan hingga ratusan anggota tim SAR luar negeri berdatangan ke Kota Padang, Sumbar, dengan peralatan lengkap dan beberapa ekor anjing pelacak untuk membantu upaya pencarian para korban gempa di daerah itu.

Tim SAR itu datang dari Swiss, Australia dan Jepang yang dilengkapi peralatan berteknologi canggih termasuk anjing pelacak. SAR itu yakni Disaster Relief Team Japan, United National Insarag Swiss dan satu tim lagi dari Australia.

Selanjutnya susul menyusul Bandara Internasional Minangkabau (BIM) didarati pesawat membawa ratusan tim SAR asing dan lembaga internasional lainnya yang juga membawa bantuan logsitik darurat ke Sumbar.

Lembaga itu antara lain, lembaga IOM, Hope Indonesia, JICA, AusAID Australia, UNFPA, HK Logistic, US Consul General Medan, USAID, European Commision, Mahkota Medical Centre Hospital Malaysia, IHH Humanitarian AID Turkey, Church Word Service (CWS) dan UNOCHO.

Badan dunia PBB melalui lembaganya UNDAC (United Nations Disaster Assessment and Coordination) dan UN-OSOCC (United Nation On-site Organization Coordination Center) langsung mengkoordinasikan kehadiran ratusan tim SAR dan lembaga kemanusiaan internasional itu.

Menurut team leader UNDAC, Wiston Chang tercatat 130 tim SAR dan lembaga kemanusian internasional dari puluhan negara telah dan terus melakukan bantuan kemanusian pada masa tanggap darurat dan penanggulangan bencana gempa Sumbar.

Tim SAR internasional bekerja sama dengan Tim SAR gabungan Indonesia, TNI, Polri dan masyarakat bahu-membahu mencari dan berusaha menyelamatkan korban-korban yang terperangkap teruntuhan gedung dan tanah longsor.

Usaha keras tak kenal lelah dalam kerangka solidaritas internasional dan Indonesia berhasil menyelamatkan sejumlah warga yang sempat terperangkap puing-puing puluhan jam dalam kondisi masih hidup.

Namun ratusan korban lainnya dapat ditemukan dievakuasi dalm kondisi meninggal dunia yang hingga Jumat (9/10) telah tercatat 787 orang.

Tim SAR asing bersama SAR gabungan Indonesia kebanyakan fokus mencari korban gempa pada dua lokasi terparah di Sumbar, yakni Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman.

Pada kedua lokasi tersebut masih terdapat ratusan korban yang tertimpa reruntuhan dari bangunan berlantai dua dan tiga yang belum dievakuasi dan rumah-rumah yang ditimbun tanah longsor.

Setelah sepekan membantu upaya pencarian dan evakuasi korban, organisasi-organisasi internasional itu kini lebih memfokuskan pada kegiatan kemanusiaan,” kata Winston Chang.

Kegiatan kemanusiaan itu, lanjut dia, meliputi perbaikan hunian atau rumah-rumah penduduk, penyediaan air bersih dan pengawasan terhadap makanan atau gizi.

Selain itu, tindakan yang diambil untuk mempercepat pembersihan puing-puing bangunan yang roboh adalah tindakan yang benar, kata Chang.

Bantuan kemanusian

Selain bantuan tenaga dan peralatan untuk mencari dan evakuasi korban, negara dan lembaga-lembaga internasional juga mengirim peralatan, bahan makanan, obat-obatan, tenda dan hal lain yang dibutuhkan dalam masa tanggap darurat serta dana bagi Sumbar.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) menawarkan bantuan personil militer dan kesehatan serta berbagai peralatan yang dibawa dengan kapal induk untuk membantu upaya evakuasi para korban gempa.

“Tawaran bantuan itu disampaikan pemerintah AS melalui Konsul Jendral AS untuk Sumatra,” kata Ketua Harian Sarkorlak Penanggulangan Bencana Sumbar Marlis Rahman.

Kapal induk dengan ratusan personil militer serta didampingi beberapa kapal korvet AS itu tengah belayar tidak jauh dari perairan Sumatra, tambahnya.

Menurut Konjen AS itu, jika tawaran ini diterima pihak Indonesia, maka dalam beberapa hari ke depan kapal induk dengan personilnya telah dapat mendekati perairan laut Sumbar dan siap melakukan pertolongan bagi korban gempa.

Namun, pihak Indonesia belum terlalu membutuhkan bantuan militer AS dalam upaya evakuasi para korban gempa, kata Marlis.

“Kita menilai personil TNI, Polri dan Tim SAR Indonesia bersama pihak terkait lainnya masih mampu melakukan evakuasi terhadap para korban,” tambahnya.

Meski ditolak secara halus, namun melalui Departemen Luar Negeri AS, sejumlah personil AS tetap tiba di Sumbar untuk membantu dalam masa tanggap darurat dengan membangun rumah sakit tenda untuk merawat korban luka yang dipusatkan di lapangan PJKA Padang.

Marlis menyebutkan, Presiden Obama juga telah menghubungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyampaikan rencana bantuan negara itu senilai 10 juta dolar AS dalam bentuk bantuan kemanusiaan bagi Sumbar.

Raja Arab Saudi juga menjanjikan bantuan dana 50 juta dolar AS kepada Indonesia sebagai bantuan kemanusiaan bagi korban gempa di Sumbar.

Negara-negara Uni Eropa juga menjanjikan bantuan dana puluhan juta dolar, termasuk pemerintah negara Eropa yang menjanjikan bantuan sendiri seperti dilakukan Norwegia dan negara lain.

Bantuan dana juga disampaikan negara lain di Asia untuk membantu meringankan derita korban gempa Sumbar.

Untuk menampung bantuan dana internasional, pemerintah Indonesia membuka rekening pada Departemen Keuangan untuk selanjutnya disalurkan ke Sumbar.

Selain bantuan bahan makanan, obat-obatan dan tenda, sejumlah negara juga mengirim dan mendirikan fasilitas pelayanan umum, seperti alat penawar air laut yang dilakukan militer Australia dan pemerintah Jerman.

Untuk membawa alat-alat berat ke lokasi pembersihan puing bangunan dan tanah longsor serta mengangkut bahan bakar, pemerintah Amerika Serikat juga menjanjikan segera mendatangkan helikopter ukuran besar ke Padang membantu pemulihan Sumatra Barat.

“Sebanyak tiga hingga empat unit heli akan didatangkan AS sebagai bentuk kepedulian negara itu guna membantu recovery (pemulihan, red) Kota Padang dan daerah lain yang terkena gempa, kata anggota DPD RI Rahmat Shah.

Dengan bantuan ini, maka para pemilik alat-alat berat yang diperbantukan ke Sumbar untuk segera melaporkan alatnya yang belum dioperasionalkan untuk diangkut helikopter AS ke lokasi bencana.

Helikopter AS juga bisa dimanfaatkan untuk menyangkut BBM yang akan digunakan untuk mengoperasikan alat berat itu.

Dengan beroperasinya alat-alat berat itu diharapkan puing-puing reruntuhan bangunan di Padang dan daerah lain dapat dibersihkan sehingga percepatan rehabilitasi pasca gempa dapat dilakukan.

Besarnya perhatian dan bantuan kemanusian itu menunjukkan kembali muncul solidaritas internasional bagi para korban bencana di dunia yang saat ini tengah diderita rakyat di bumi Ranah Minang. (Hendra Agusta)

=====

Bangkitkan Tanah Minang

Mampukah Tanah Minang bangkit dari keterpurukan akibat gempa 30 September yang menewaskan hampir seribu orang dan merusak ratusan ribu bangunan?

“Kalau masyarakat mau bersama-sama dan bersatu dalam membangun, Sumbar akan cepat pulih,” kata tokoh Minang H Azwar Anas, Jumat.

Azwar merupakan Gubernur Sumbar periode 1977-1987. Dia adalah gubernur yang pernah mengangkat harkat orang Minang di pentas nasional, karena kesuksesannya membawa Sumbar memperoleh tanda kehormatan tertinggi pembangunan, Prasamya Purnakarya Nugraha pada Pelita III.

Untuk memulihkan Sumbar, Azwar mengatakan, juga bergantung pada kecepatan pemerintah membuat perencanaan pembangunan pasca-gempa.

Dari data Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana alam (Satkorlak PB) Sumbar, hingga Kamis (8/10), tercatat sebanyak 242 warga Sumbar yang hilang, 784 meninggal, 867 luka berat, 1.374 luka ringan, dan 410 warga mengungsi. Akibat gempa, sebanyak 122.964 rumah penduduk rusak berat, 58.457 rusak sedang, dan 59.186 rusak ringan.

Gempa juga merusak fasilitas pendidikan. Sebanyak 1.384 bangunan sekolah rusak berat, 1.018 rusak sedang, dan 744 rusak ringan.

Selain itu, gempa mengakibatkan 237 kantor pemerintah rusak berat, 78 rusak sedang, dan 73 rusak ringan. Sebanyak 168 jalan rusak berat, 65 rusak sedang, dan 26 rusak ringan. Begitu pula dengan jembatan, sebanyak 16 jembatan rusak berat, 28 rusak sedang, dan lima rusak ringan.

Sebanyak, 40 unit saluran irigasi rusak berat, 24 rusak sedang, dan 22 rusak ringan.

Kegiatan ekonomi masyarakat sempat terganggu akibat rusaknya pasar rakyat. Tercatat, 37 pasar rusak berat, 22 rusak sedang, dan 22 rusak ringan.

Azwar Anas mengatakan, setelah program tanggap darurat, pemerintah provinsi Sumbar harus segera membenahi infrastruktur jalan sebagai sarana yang vital bagi akses ekonomi.

“Ini kesempatan bagi Sumbar untuk membangun jalan dua jalur untuk memudahkan akses di daerah ini,” kata dia.

Dia berharap Pemprov Sumbar mampu memanfaatkan momen gempa dengan berkaca pada Provinsi Aceh yang dilanda gempa dan tsunami pada 2004.

“Aceh pascagempa, pembangunannya benar-benar hebat,” kata mantan menteri perhubungan itu.

Optimisme kebangkitan Sumbar juga disampaikan Gubernur Sumbar Gamawan Fauzi.

Gamawan mengatakan, aktivitas ekonomi di Sumbar tetap jalan meski infrastruktur banyak yang rusak.

Hal itu, kata dia, dapat dilihat dari berjalannya pasar rakyat, transaksi di sejumlah perbankan dan kegiatan ekonomi lainnya yang sudah mulai mendekati pulih.

Meski begitu, mantan Bupati Solok dua periode itu belum bisa memprediksi lamanya pemulihan ekonomi Sumbar.

“Yang penting di masa tanggap darurat, kita fokus dulu pada evakuasi korban, dan setelah itu infrastruktur,” kata dia.

Rasa optimis kebangkitan ekonomi Sumbar juga terlontar dari pengusaha.

Feriyanto Gani, pengusaha di Kota Padang, merasa yakin ekonomi daerah bisa pulih.

Hanya saja, kata dia, jangan sampai ada isu akan terjadi gempa besar di atas 8 SR di Sumbar.

“Jangan buat lagi isu menakutkan seperti ancaman gempa besar dan sebagainya. Itu akan menganggu pemulihan dunia usaha yang sudah terpuruk akibat gempa,” kata Feriyanto Gani.

Pengusaha keturunan Tionghoa itu mengalami kerugian sekitar Rp5 miliar akibat showroom Suzuki dan Honda miliknya di Padang hancur bersama 16 mobil di dalamnya pada gempa Rabu sore itu.

“Ini merupakan masa-masa yang berat bagi kami dunia usaha. Teman-teman saya juga mengeluh karena rugi miliaran,” kata dia.

Feriyanto mengatakan dunia usaha bisa bangkit, sepanjang semua pihak turut membantu pemulihannya.

“Aparat keamanan misalnya, harus menjaga toko-toko dan rumah pengusaha yang rusak agar tidak dijarah oknum masyarakat,” kata dia mengingatkan.

Dia juga berharap perbankan di Padang segera beroperasi.

“Saya lihat kantor perbankan di Padang banyak yang tidak layak lagi. Ini harus segera dicari solusinya,” kata dia.

Gempa Rabu itu juga menghancurkan kawasan Pondok, salah satu pusat perdagangan dan tempat bermukimnya pengusaha-pengusaha keturunan Tionghoa di Padang.

Meski pemukiman dan usahanya dihantam gempa, para pengusaha keturunan tetap optimistis dengan masa depannya di Padang.

Menurut Andreas Syofyandi, pembina Himpunan Bersatu Teguh (HBT), tak ada warga keturunan Tionghoa yang akan memindahkan usaha dan pindah dari Padang.

“Tidak akan ada yang merelokasi usaha. Warga sudah lama bermukim di sini. Yang pasti saat ini, HBT akan berupaya membantu sekuat tenaga,” kata Andreas.

Dia mengungkapkan, pascagempa HBT tidak hanya membantu warga etnis Tionghoa, tapi juga warga Sumbar lainnya, yakni di Padang dan Padangpariaman.

Mendekati normal

Pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, fungsi-fungsi vital di Sumbar yang sempat terganggu akibat gempa sudah mendekati normal.

“Fungsi-fungsi vital seperti air, listrik, pasar rakyat dan sekolah, sudah mulai mendekati normal. Untuk listrik, sesuai laporan yang kita terima, di Padangpariaman mulai pulih 80 persen, dan untuk Kota Padang pulih 90 persen lebih,” kata Ketua BNPB Syamsul Maarif.

Akibat gempa yang menghancurkan banyak infrastruktur publik itu, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Sumbar pada 2009 mengalami kontraksi, kata pakar ekonomi dari Universitas Andalas Prof DR Elfindri.

“Perkiraan saya kontraksi pertumbuhan ekonomi Sumbar sekitar setengah persen. Apabila pada 2009 ditargetkan pertumbuhan ekonomi 6,5 persen, maka akibat gempa ini turun menjadi enam persen,” kata Elfindri.

Kontraksi ekonomi terjadi akibat rusaknya infrastruktur publik dan terganggunya sektor jasa.

Namun, kata dia, Sumbar masih beruntung karena infrastruktur ekonomi yang penting seperti jalan, jembatan dan lapangan udara tidak begitu bermasalah.

Ia mengatakan, pasar-pasar pembantu atau pasar tradisional di Sumbar juga tidak bermasalah akibat gempa dan sudah mulai beroperasi.

Infrastruktur publik yang hancur akibat gempa, kata dia, diperkirakan akan mendorong tajamnya pengeluaran pemerintah di masa mendatang.

Elfindri memperkirakan goncangan kebutuhan ekonomi rakyat Sumbar diperkirakan terjadi dalam waktu yang terbatas karena sarana penting tidak begitu terganggu kecuali sektor jasa.

“Sektor pertanian Sumbar masih kuat dan tidak terganggu, ini bisa mengkompensasi kontribusi dari sektor jasa,” katanya.

Mengenai kemampuan masyarakat Sumbar untuk bangkit, dia mengatakan, daerah itu bisa cepat bangkit. Bahkan, lebih cepat dari Yogyakarta yang juga pernah diguncang gempa.

“Kalau Yogyakarta pulih dalam waktu setahun, Sumbar bisa enam bulan karena sektor jasa biasanya lebih cepat menyesuaikan,” katanya.

Dari 19 Kabupaten dan Kota di Sumbar, tidak seluruhnya terkena dampak gempa. Gempa paling parah hanya menimpa Kota Padang, Padangpariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, dan Pesisir Selatan.

Dampak Tayangan TV

Pascagempa, pemberitaan tentang Sumbar di televisi sangat gencar. Tak sedikit tayangan televisi yang hanya fokus pada kerusakan dan menggambarkan kondisi Sumbar seolah-olah hancur dan lumpuh.

“Belakangan media televisi mengekspos Sumbar terlalu berlebihan, yang membuat daerah ini menjadi angker bagi kedatangan orang dari luar,” kata pakar ekonomi Universitas Negeri Padang (UNP) Prof Dr Syamsul Amar.

Untuk itu, dia mengingatkan, Pemprov Sumatra Barat untuk segera memulihkan citra daerah itu pascagempa.

“Pemprov mesti menjelaskan kepada dunia bahwa persoalan gempa sudah mulai terselesaikan,” kata Dekan Fakultas Ekonomi UNP itu.

Tayangan TV yang fokus pada kerusakan dan korban, kata dia, menyebabkan Sumbar di mata orang dari luar daerah dan luar negeri, sudah benar-benar lumpuh total.

“Padahal para relawan yang datang dari luar banyak yang kaget, ternyata ketika tiba di bandara dan berjalan ke pusat kota, kondisi Sumbar tidak seperti yang diberitakan,” kata Syamsul.

Dia mengatakan, aktivitas ekonomi Sumbar sudah berjalan 60 persen pascagempa. Hal ini ditandai dengan kegiatan jual beli di pasar, toko-toko, dan perbankan yang sudah berjalan.

“Setelah masa tanggap darurat, pemerintah diharapkan fokus pada pemulihan ekonomi daerah,” kata dia.

Pemprov Sumbar, kata dia, mesti segera membenahi infrastruktur vital yang rusak seperti jalan, jembatan, dan semua jalur penyaluran barang yang terganggu.

Selain itu, departemen terkait, mesti membuat program pemulihan yang cepat agar ekonomi Sumbar bisa kembali stabil.

“Di Padang Pariaman banyak usaha mikro kecil dan menengah yang terganggu. Ini mesti menjadi skala prioritas dari Departemen Koperasi dan UKM untuk pemulihannya. Jangan dibiarkan terlalu lama masyarakat Sumbar berada dalam kondisi tidak jelas,” kata dia.

Kepada dunia perbankan, dia mengharapkan untuk memulihkan pelayanan kepada masyarakat. Karena peranan perbankan sangat vital dalam penyaluran dana kepada masyarakat.

Syamsul mengatakan, sektor jasa di Sumbar tidaklah lumpuh. Malah sekarang, kata dia, mobilitas orang ke Sumbar menjadi tinggi, yang terlihat dari padatnya penerbangan ke Sumbar. Itu menjadi nilai tambah secara ekonomi bagi daerah.

Di sektor hotel dan restoran kata dia, sejauh ini ada anggapan bahwa hotel-hotel di Sumbar tak layak huni. Padahal, hotel yang hancur akibat gempa tidak seberapa jumlahnya.

“Masih banyak hotel di Padang yang tidak hancur,” kata Syamsul.

Dia juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap pasar yang rentan dengan praktik spekulasi dan kegiatan pasar gelap.

“Banyak pelaku ekonomi di pasar yang memanfaatkan situasi untuk mengeruk keuntungan pribadi. Ini perlu diawasi pemerintah melalui aparat kepolisian. Jika memungkinkan, pemerintah bersama Bulog terus melakukan operasi pasar, agar kebutuhan utama masyarakat bisa terpenuhi,” kata dia.

Tak dapat dipungkiri, gempa memang berdampak pada psikologis masyarakat Sumbar, kata pakar pelatihan motivasi Ary Ginanjar, hal itu jangan sampai membuat warga kehilangan spritualnya setelah kehilangan fisik berupa rumah, dan emosional seperti kehilangan anggota keluarga.

“Sesungguhnya kalau kita kembali ke 15 miliar tahun ke belakang dan kita tembus galaksi ke Sidratul Muntaha, dunia ini sebenarnya tidak ada. Artinya, keberadaan kita ini sesungguhnya adalah ketiadaan,” kata Ary yang datang untuk memotivasi warga Padang.

Ia mengatakan gempa yang terjadi sebagai wujud cinta Allah kepada hamba-Nya, bukan sebagai kebencian.

“Bayangkan kalau hari ini kita berdiri di Padang Mahsar, lalu amalan kita ditimbang. Setelah itu, kita kembali ke saat ini, apakah gempa ini musibah atau berkah?” kata Ary, yang disambut linangan air mata sejumlah hadirin.

Ary Ginanjar mengaku sangat bangga dengan Kota Padang karena di setiap masjid selalu dilantunkan asmaul husna (sembilan puluh sembilan nama Allah).

Warga Sumbar, kata dia, mesti bersyukur dilahirkan di daerah ini karena tempat lahirnya Buya Hamka dan para ulama.

Konsep Gagasan Kongres Kebudayaan Minangkabau Mei 2010




Oleh : Mochtar Naim,
Wakil Ketua Tim
Penggagas Kongres Kebudayaan Minangkabau
Pengurus Gebu Minang Pusat

Gagasan

I

INDONESIA sebagai negara kepulauan terbesar di dunia ini, dengan 17 ribuan pulau-pulau besar-kecil, yang terletak di persimpangan jalan yang menghubungkan dua benua dan dua lautan besar, dengan penduduk mendekati 250 juta, dan tergolong ke dalam negara dan masyarakatnya yang multi-etnik dan multi-budaya, ke depan, diprediksikan akan menjadi salah satu dari negara terbesar dan termaju di Asia ini, menyusul Cina dan India.

Prediksi ini tentu saja dilandaskan kepada asumsi bahwa di samping SDAnya yang memang adalah termasuk negara terkaya di gugusan khatul-istiwa ini, juga karena adanya perubahan paradigma cara berfikir dan sikap hidup dari rakyat dan masyarakatnya untuk bekerja keras dalam mengejar segala ketinggalan untuk setara dengan masyarakat dan bangsa lain-lainnya di dunia ini, dan dengan tekad: ‘Jadi tuan di rumah sendiri!’ Perubahan paradigmatik dimaksud adalah dengan mempersiapkan SDMnya yang andal dan kompetitif di samping SDB (Sumber Daya Budaya)nya yang juga andal dan memiliki dasar-dasar yang kokoh dan kuat serta mampu dalam menjawab tantangan masa depan itu.

Tantangan masa depan ini, bagaimanapun, mau tak mau juga harus dijawab oleh suku-bangsa Minangkabau yang kampung halaman utamanya berada di ranah Minang di Sumatera Barat, dan yang rakyatnya juga bertebaran ke mana-mana dalam semangat merantau di Nusantara ini. Rakyat dan masyarakat Minangkabau, sejarah mencatat, telah banyak memberikan kontribusi pemikiran dan tenaga juang terhadap berhimpunnya suku-suku bangsa di Indonesia ini dalam satu wadah kesatuan, yang kemudian seusai Perang Dunia Kedua, pada tanggal 17 Agustus 1945, menjelma menjadi sebuah negara baru di Asia Tenggara ini: Negara Republik Indonesia, yang diperjuangkan dengan darah dan nyawa. Cita dan cita-cita dari NRI ini dituangkan dalam bait-bait Pancasila yang termaktub dalam Mukaddimah UUD RI 1945 dan yang sekaligus jadi landasan dari UUD RI 1945, sebagai patokan dan pedoman hidup dari kita bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

II

Kecenderungan selama penggal kedua dari kelahiran Republik ini, yaitu setelah peristiwa PRRI di tahun 1958, setengah abad ke mari ini, bagaimanapun, memperlihatkan tanda-tanda penurunan citra dan prestasi di hampir semua bidang kehidupan, di samping kekurangan stamina dan daya juang dalam mengharungi kehidupan ini yang makin kompetitif dan makin kompleks. Pembekalan budaya dan reorientasi hidup, karenanya, sangat sekali diperlukan bagi generasi sekarang dan akan datang dalam meretas dan merebut peluang ke masa depan itu.

Dalam menjawab tantangan ke depan di Abad ke 21 M/Abad ke 15 H dst ini, orang Minang tentu saja tidak ingin dilupakan dan lenyap dari permukaan bumi ini karena kekurangan stamina dan daya juang, karena kalah dalam perlombaan dan persaingan, baik secara internal dengan suku-suku bangsa lainnya di tanah air ini, maupun dan terutama dengan suku-suku bangsa yang datang dari luar, yang kendati jumlahnya secara statistik kependudukan sedikit tetapi mendominasi kekuatan ekonomi dan perdagangan serta industri di bumi Nusantara ini.

Tegasnya, orang Minang harus bangkit kembali dengan stamina baru, semangat juang baru dan orientasi baru dalam menjawab tantangan ke masa depan itu, demi kejayaan dan kesatuan bangsa di tanah air Indonesia ini, dan demi perbaikan diri dalam memberikan kontribusi yang optimal bagi pembangunan kampung halaman dan bagi negara secara keseluruhan.

III

Untuk mengikrarkan bangkitnya kembali stamina dan semangat juang bagi kesatuan dan kejayaan bangsa inilah orang Minang, di kampung dan di rantau, mengadakan sebuah Kongres Kebudayaan Minangkabau, bulan Mei tahun 2010, bertempat di Kampus Sekolah INS Mohd Syafei, Kayu Tanam.

Dalam Kongres Kebudayaan Minangkabau tersebut akan diikrarkan kembali bahwa rakyat dan masyarakat Minangkabau, baik yang di kampung maupun yang bertebaran di rantau di manapun di kawasan Nusantara ini, bahkan di luar negeri sekalipun, bahwa mereka adalah bahagian yang integral dan tak terpisahkan dari Indonesia dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, dan berjuang bersama-sama dengan rakyat dan suku-suku bangsa lainnya di Indonesia bagi kemakmuran dan kejayaan bangsa.

Dalam Kongres Kebudayaan Minangkabau itu juga akan diikrarkan kembali landasan kehidupan yang terbuhul dalam ungkapan filosofis: “Adat Bersendi Syarak, Syarak Bersendi Kitabullah (ABS-SBK)” yang kebetulan juga jadi landasan hidup bersama bagi suku-suku Melayu lainnya di manapun di Nusantara ini.

Dengan ungkapan filosofis itu dimaksud bahwa rakyat dan masyarakat Minangkabau memakaikan adatnya dengan bersendikan syarak (Islam); dengan konsekuensi: adat yang sejalan dengan Islam (adat Islamiyah), dipakai, adat yang tidak sejalan dengan Islam (adat jahiliyah), dibuang. Sebagai kesimpulan logisnya adalah, bahwa rakyat dan masyarakat Minangkabau adalah rakyat dan masyarakat yang beradat Minangkabau dan beragama Islam. Jika terjadi kontradiksi antara ajaran adat dan ajaran agama Islam maka yang dimenangkan adalah Islam, dan rakyat dan masyarakat Minangkabau menjadikan Al Qur’an Kitabullah sebagai pedoman hidup dan rujukan utama mereka dalam mengharungi kehidupan ini.

Secara implisit ini juga berarti, sesuai dengan ajaran adat dan agama itu sendiri, rakyat dan masyarakat Minangkabau menerima semua yang baik dari manapun datangnya, dan menolak yang buruk dari manapun pula datangnya. Sebagai konsekuensinya juga adalah bahwa mereka adalah orang Minang, yang sekaligus adalah orang Indonesia dan tidak kurangnya adalah juga warga dunia. Inipun sejalan dengan prinsip budaya Minang itu sendiri: “Alamnya, jika dibalun sebalun kuku, jika dikembang selebar alam. Alam terkembang jadikan guru.”

IV

Dalam Kongres Kebudayaan Minangkabau itupun akan dijabarkan dan disepakati langkah-langkah ke depan dalam berbagai bidang kehidupan yang basisnya ada di Nagari, tetapi yang secara struktural-institus
ional-fungsional juga berjenjang naik secara terkoordinasi sampai ke tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, di Sumatera Barat, bersebelahan dan begandengan tangan dengan struktur dan sistem pemerintahan formal sebagai bahagian yang integral dan tak terpisahkan dari NKRI.

Dengan demikian, di samping pemerintahan formal di ketiga bidang kegiatan: eksekutif, legislatif dan yudikatif, yang berjenjang naik dari Nagari, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, sebagai bahagian yang integral dari NKRI, juga diciptakan Lembaga Adat dan Syarak (LAS), sebagai pengejawantahan dari landasan hidup ABS-SBK, untuk diterapkan di berbagai bidang kehidupan secara integral, terkoordinasi dan terprogram dari waktu ke waktu secara berjangka-jangka.

Selama ini, baik di Nagari maupun di tingkat yang lebih tinggi lagi, semua berjalan seperti sendiri-sendiri. Adatnya sendiri, di bawah kendali ninik mamak, syaraknya sendiri, di bawah arahan alim ulama, masalah-masalah sosial-ekonomi, pendidikan dan kemasyarakatan lainnya juga jalan sendiri-sendiri, di bawah arahan cerdik-pandai dan komando para pejabat, sementara wanita serta pemudanya juga jalan sendiri-sendiri, di bawah Bundo Kanduang, organisasi pemuda, dsb, tanpa semua itu ada lembaga yang mengkoordinasikan dan mengintegrasikannya dalam satu sistem yang saling terkait dan terpadu.

Karena filosofi ABS-SBK dasarnya tidak hanya “adat” tetapi “adat yang bersendi syarak, dan syarak bersendi Kitabullah,” maka, berbeda dengan KAN (Kerapatan Adat Nagari) yang ada selama ini di setiap Nagari, LAS merangkum adat itu dalam konteks ABS-SBK, yang konsekuensinya, LAS adalah lembaga pengganti KAN yang tidak hanya berorientasi lokal dan nasional tetapi juga sekaligus global dan universal, dengan menempatkan Kitabullah Al Quran sebagai rujukan dan pedoman penentu secara final dan kaffah di setiap sisi dan segi kehidupan.

Lembaga Adat dan Syarak (LAS), berbeda dengan KAN (Kerapatan Adat Nagari) selama ini, basisnya ada di Nagari dan di semua Nagari di Sumatera Barat, tetapi, karena permasalahan kehidupan dalam artian moderen sekarang ini juga saling kait mengait antara satu sama lain, dan berangkai dari tingkat yang terendah ke tingkat yang tertinggi, maka LAS ini secara struktural-fungsional dan hirarkis juga ada di tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, sesuai dengan jalur pemerintahan formal yang ada sekarang.

LAS sifatnya adalah lembaga musyawarah yang memusyawarahkan hal-hal yang terkait dengan berbagai bidang kehidupan di Nagari dan secara koordinatif-integratif di tingkat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. LAS pada dirinya adalah lembaga non-formal berdampingan dan bekerjasama bahu-membahu dengan pemerintahan formal, di bidang ekesekutif, legislatif maupun yudikatif, dari Nagari ke Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi.

LAS, karenanya, adalah wadah non-formal kerakyatan pendamping dari pemerintahan formal di tingkat Nagari, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, yang merupakan perwujudan dari kekuatan rakyat (people power) dalam mendukung kekuatan negara. LAS memusyawarahkan dan merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas kemasyarakatan di berbagai bidang kehidupan (ekonomi, politik, keamanan, agama, pendidikan, kebudayaan, dan kemasyarakatan lainnya) dalam rangka membantu pemerintah dan mempercepat kemajuan di berbagai bidang kehidupan itu, dengan menjiwainya dengan semangat ABS-SBK.

Dalam perealisasiannya, sebagai konsekuensi logis dari diintegrasikannya aspek-aspek kehidupan adat, agama (syarak) dan segi-segi sosial, ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dlsb, yang terpilih dan duduk dalam LAS adalah wakil-wakil dari unsur-unsur “tungku nan tigo sajarangan, tali nan tigo sapilin,” yaitu unsur-unsur ninik-mamak, alim ulama dan cerdik pandai, ditambah dengan unsur-unsur bundo kanduang dan pemuda. Sementara, lembaga-lembaga profesional di berbagai bidang kehidupan itu (seperti LKAAM, MTKAAM, MUI, Bundo Kanduang, LSM-LSM, ormas-ormas, partai-partai politik, dsb) memiliki hak hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai perwujudan dari cita demokrasi dan HAM.

LAS di Nagari, yang masa kerjanya sejalan dengan masa kerja pimpinan pemerintahan formal, pada gilirannya, juga memilih dan/atau menunjuk wakil-wakilnya untuk duduk di LAS tingkat Kecamatan; dan demikian, secara bertingkat dan berkesinambungan, di Kabupaten dan Provinsi.

V

Kongres Minangkabau di tingkat Provinsi, yang mencakup “Alam Minangkabau,” yakni perpaduan antara kampung dan rantau, diadakan setiap 5 tahun sekali untuk melakukan evaluasi terhadap progres dan kendala serta proyeksi dan perencanaan ke masa depan dalam jangka menengah dan panjang. Bobot dari permasalahan yang dibawakan ke musyawarah Kongres dibahas dan dipersiapkan serta dirumuskan pada rapat-rapat pra-kongres, sementara Kongres mereviu, merumuskan dan memutuskannya secara integral-menyeluruh. Keputusan Kongres itulah yang akan menjadi pegangan dan pedoman kerja untuk 5 dan 20 tahun ke depan.

Basis dari ruang lingkup permasalahan yang menjadi tugas pokok dari LAS tetap ada di Nagari yang fungsinya dapat dijabarkan ke dalam empat peran utama dari Nagari: satu, Nagari sebagai unit kesatuan administratif pemerintahan; dua, Nagari sebagai unit kesatuan keamanan dan pengamanan; tiga, Nagari sebagai unit kesatuan ekonomi; dan empat, Nagari sebagai unit kesatuan adat dan sosial-budaya. Adalah tugas LAS, dengan bekerjasama dengan pemerintahan Nagari dan bertingkat sampai ke Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi, memberi bobot dan isi pada setiap sektor dan aspek pembangunan yang sifatnya saling terkait dan terintegrasi.

Pada aspek: “Nagari sebagai unit kesatuan administratif pemerintahan terendah dalam konteks NKRI,” LAS selaku kekuatan rakyat (people power) memastikan bahwa roda dan mekanisme pemerintahan di Nagari berjalan secara efisien, efektif dan produktif, dan yang sifatnya mengayomi dan menfasilitasi. Pada aspek: “Nagari sebagai unit kesatuan keamanan dan pengamanan,” LAS memastikan bahwa keamanan di Nagari terjaga dengan baik, dengan menghidupkan kembali lembaga “Dubalang” yang menjadi tangan kanan Wali Nagari dan pemerintahan Nagari dalam hal keamanan dan pengamanan, dan menfungsikan para pemuda (pria dan wanita) sebagai “Parik Paga” Nagari di bawah komando Dubalang.

Pada aspek: “Nagari sebagai unit kesatuan ekonomi,” LAS bersama dengan pemerintahan Nagari menfungsikan Nagari sebagai badan hukum yang berkiprah di berbagai bidang kegiatan ekonomi dengan menggali dan memanfaatkan potensi ekonomi dari Nagari dan anak nagari. LAS, karenanya, memastikan bahwa di samping kegiatan ekonomi yang sifatnya perseorangan dari setiap anak nagari, juga dibina sistem ekonomi bersama dengan prinsip manajemen moderen yang sifatnya koperasi syariah dan menjalin kerjasama dengan Bank Nagari dan bank-bank pemerintah lainnya sebagai pemasok modal dan mitra usaha.

Dan pada aspek: “Nagari sebagai unit kesatuan adat dan sosial-budaya,” LAS memastikan bahwa filosofi ABS-SBK berjalan dan menjiwai segenap sisi dan aspek kehidupan yang sekaligus juga menggerakkan dan mendinamisasi sisi-sisi dan aspek-aspek kehidupan itu dalam mencapai tingkat kesejahteraan lahir dan batin yang makin tinggi di bawah naungan dan ridha Allah.

Melalui upaya yang sifatnya sistemik, terorganisasi, terarah, dan terkoordinasi dengan baik dan efektif, kita semua mengharapkan bahwa kita rakyat dan suku-bangsa Minangkabau dalam wadah NKRI bersama maju ke depan dalam era kebangkitan bangsa di belahan dunia ini.

Dengan memberdayakan filosofi hidup ABS-SBK yang juga terintegrasi dengan ketentuan-ketentuan hukum formal yang berlaku di ranah Minang sebagai bahagian yang integral dan tak terpisahkan dari Republik Indonesia yang kita bangun bersama dengan darah dan nyawa ini, kita menantang ke masa depan yang lebih baik dan lebih menjanjikan, di mana penduduk asli pribumi menjadi tuan di rumahnya sendiri. ***